Eksotisme Bromo

Siapa yang belum mengenal Bromo? Bagi mereka yang belum pernah mengunjungi kawasan wisata Gunung Bromo, segera agendakan perjalanan ke sana. Keindahannya membuat Anda ketagihan untuk datang, datang dan datang lagi. Setidaknya itulah yang terjadi pada saya dan teman-teman saya. Meskipun telah mengelilingi dunia, mereka akan kembali untuk menikmati indahnya matahari terbit di Penanjakan, menyeberangi savanna dan padang pasir yang dikelilingi bukit dan gunung yang menakjubkan sebelum menaiki anak tangga untuk mencapai kawah gunung Bromo.


Wajah Gunung Bromo dari puncak Pananjakan, jam 5.39 pagi setelah matahari terbit
Keindahan dan keagungan yang dihadirkan Bromo memang luar biasa. Bagi penggemar fotografi dan videografi, Kawasan Bromo tidak akan pernah habis menghadirkan inspirasi untuk menghasilkan foto-foto yang Wow! 

Kita bisa lewat Malang untuk pergi ke Bromo. Perjalanan dari Malang ke Bromo hanya 2,5 jam. Biasanya para pelancong berangkat dari Malang tengah malam (jam 24.00) dan sampai pintu masuk untuk berganti Jeep jam 2.30 pagi. Untuk sewa jeep ini harga bervariasi dari 450 – 650 ribu rupiah tergantung berapa lokasi yang akan kita tuju di kawasan wisata Bromo ini. Jika semua tempat (Puncak Penanjakan, Savana, Pasir Berbisik, Pura dan Kawah) akan kita datangi maka harga sewanya 650 ribu. Setelah mendapatkan Jeep, kita  melanjutkan perjalanan menuju Puncak Penanjakan sekitar jam 3 pagi untuk menantikan datangnya matahari terbit. Karena udara gunung yang sangat dingin, sebaiknya kita (khususnya yang berasal dari daerah yang panas) menyiapkan diri dengan memakai baju berlapis, baju hangat yang tebal, sarung tangan dan kaos kaki tebal, sepatu, syal, topi dan masker agar tidak kaku kedinginan. Kalau bagi yang tidak membawa pakaian pelindung dingin, disana banyak orang yang menyewakan berbagai macam pakaian pelindung dingin. 

Sambil menunggu matahari yang terbit antara pukul 5 – 5.30 pagi, jagung bakar, mie dan bakso panas, serta minuman panas lainnya dapat menghangatkan tubuh kita. Jangan lupa membawa persediaan baterai kamera, karena udara yang sangat dingin dapat membuat baterai kamera cepat habis. Perlu dicatat juga, matahari terbit yang ditunggu tidak selalu menampakkan wajahnya… kunjungan saya yang terakhir kurang beruntung. Matahari sepertinya enggan menampakkan dirinya, dia hanya mengirimkan semburat warna yang syahdu coklat orange kuning keemasan di tengah kabut yang masih begelayut. Meski demikian, suasana Penanjakan di pagi itu tetap menawan dengan latar Gunung Bromo, Batok dan Semeru di kejauhan. Kabut dan awan yang berarak di sela-sela gunung itu seperti sungai yang mengalir tenang.
Matahari terbit dari Puncak Penanjakan - Bromo jam 5.29 pagi
Dari Puncak Penanjakan, perjalanan dilanjutkan menuju Padang Savana. Masih belum beruntung rupanya saya, karena kabut masih menutupi pandangan mata saya. Sambil menunggu kabut menghilang, bakso yang panas menemani saya menghabiskan waktu di Savana. Ternyata kemarau panjang membuat sebagian besar flora di savanna ini menjadi kering dan berwarna coklat. Berbeda dengan kunjungan saya lainnya beberapa tahun lalu dimana savanna ini hijau dan banyak bunga liar yang bermekaran membuat hati yang melihatnya senang. 

Tujuan berikutnya adalah Pasir Berbisik - Lautan pasir hitam yang sangat lembut dikelilingi gunung dan bukit di bawah langit biru yang cerah. Sungguh cantik pemandangan di padang pasir ini. Pasir-pasir yang diterbangkan oleh angin dan jeep yang melintas memberikan keindahan lain. Saya sempatkan yoga 15 menit sambil menikmati hangatnya sinar mentari. Lumayan menghangatkan tubuh saya yang sejak jam 3 pagi kedinginan. Setelah puas foto-foto di padang pasir ini, saya melanjutkan perjalanan ke Kawah Bromo.

Pasir Berbisik - Bromo jam 7.39 pagi
Setelah Jeep parkir di area kaki gunung yang dekat dengan kawah, beberapa orang menawarkan jasa kuda untuk mengantarkan sampai di anak tangga. Dengan 100 ribu, kuda akan mengantar dari parkiran mobil ke anak tangga menuju kawah dan sebaliknya. Perjalanan dari parkiran menuju anak tangga yang merupakan akses ke kawah melewati sebuah Pura yang bernama Pura Ponten. Di Pura inilah upacara Kasodo dilakukan setiap tanggal 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa. Setelah dari Pura upacara dilanjutkan di Puncak Gunung Bromo, gunung berapi aktif yang memiliki ketinggian 2,329 meter di atas permukaan laut dan masih dianggap suci oleh penduduk asli (Suku Tengger) di sekitarnya.
Pura Ponten - di Kaki Kawah Gunung Bromo, Untuk Upacara Kasodo
Ada sekitar 250 anak tangga yang harus didaki untuk mencapai puncak Gunung Bromo. Tetap gunakan masker dan topi ya… masker cukup membantu mengatasi bau belerang yang menyengat dan debu yang beterbangan karena angin. 
250 anak tangga untuk mendaki ke puncak Gunung Bromo
Puas mengamati aktivitas kawah dan melihat pemandangan dari puncak Gunung Bromo, saya turun kembali ke kuda yang sudah menunggu untuk mengantarkan saya kembali ke parkiran jeep. Dan jeep ini mengantar saya kembali ke meeting point awal dimana mobil yang membawa saya dari Malang diparkir. Jam 10.15 kami kembali ke Malang lewat Pakis yang ternyata memakan waktu lebih singkat.
Kuda yang mengantar ke anak tangga untuk mendaki ke puncak Bromo
Ayo tunggu apalagi… dapatkan pengalaman yang tak terlupakan di Bromo yang menawan :). 

Kawah Gunung Bromo jam 8.48 pagi